Oleh: Imam Malik
Kecenderungan berbuat salah merupakan fitrah manusia sehingga membutuhkan alat pendidikan dan agama untuk mengurangi kesalahannya.
Tak terkecuali seorang pemimpin. Seorang pemimpin acap kali melakukan kesalahan dalam dunia kepemimpinannya. Sehingga untuk mengurangi kesalahan tersebut dibutuhkan agama dan pendidikan serta satu-kesatuan dari keduanya, karena pemimpin tanpa keduanya hanyalah sebuah simbolis tanpa etis.
Kecerdasan menjadi seorang pemimpin sangat dibutuhkan. Kecerdasan secara umum yang mampu mengapit setiap perbedaan dan difokuskan kepada satu tujuan tertentu. Itulah yang disebut sebagai target kepemimpinan.
Ada sebagian pemimpin yang memiliki kecenderungan salah bahkan berpotensi menjadi bagian dari faktor kemunduran. Kesalahan tersebut dibuktikan dengan tidak adanya jenis kelamin yang vital dalam menemukan dan menjalankan target kepemimpinannya.
Kalau wadah kepemimpinannya masih baru dan dibuat sendiri wajar, tetapi terkadang justru produk lama dengan target dan tujuan yang sama tetapi kehilangan arah ke mana pemimpin akan memanahkan busurnya.
Akhirnya, gerakan kepemimpinan hanya diwarnai dengan kutipan-kutipan yang patah dan kehilangan substansi. Kepemimpinan yang dijalankannya terkesan satu arah bukan kepada kemajuan, tetapi kepada ketidakjelasan yang mandul.
Sehingga yang terjadi hanyalah wadah yang kehilangan isi, jasad yang kehilangan ruh, serta langkah yang kehilangan arah.
Kebanyakan, pemimpin datang hanya dengan modal tunduk dan patuh, bahkan sekedar ingin meraup untung dari kepemimpinannya, baik dalam persoalan pengaruh individu dan pendapatan finansial secara pribadi.
Pemimpin yang lupa terhadap tujuan yang harus diselesaikannya, tentunya dengan melahirkan generasi yang cakap dalam segala hal.
Pemimpin yang dekat hanya kepada uang dan pengakuan, sedangkan jauh dari kepekaan terhadap sosial kemasyarakatan. Nilai-nilai agama, pendidikan, budaya, politik, ekonomi, dan lain sebagainya bisa hilang hanya dengan isian kosong dari periode ke periode.
Akhirnya, generasi yang diharapkan lahir dari lumbung kepemimpinannya, gagal memahami perputaran kehidupan dan sulit beradaptasi dengan keadaan tanpa menghilangkan pendidikan. Bahkan, lahir generasi yang tunduk terhadap realitas sekalipun akan menjerumuskan bangsanya kepada jurang kebodohan.
Maka dari sebagian persoalan yang akan menjadi biang kerok kehidupan di atas, dibutuhkan pemimpin yang cerdas, pemimpin yang memiliki integritas, pemimpin yang bukan sekedar maju tak gentar dan siap membela siapapun, tetapi di balik layar ada segelintir orang yang sedang berperan di atas kepemimpinannya.
Pemimpin yang dibutuhkan adalah pemimpin yang mampu melihat masa depan dengan segala bacaannya. Membaca realitas sosial dalam segala sektor, sehingga mampu mewujudkan jembatan baru demi generasi yang dipimpinnya.
Sederhananya, pemimpin yang mampu membuktikan bahwa dalam satu periode, ia mampu mewujudkan harapan bukan sekedar memberikan cerita panjang tak berkesudahan.
#Penulis Merupakan Kabid PTKP HMI Komisariat Insan Cita Sekaligus Mahasiswa UIN Madura
0 Komentar