HMI Muhammadiyah?

 

(Dok:Istimewa

Oleh: Bahrusin Fanani*

JEJAKMEDIAINSANCITA - Sudah banyak perdebatan dikalangan pemuda, mahasiswa, bahkan Masyarakat tentang pandangan orang-orang terhadap HMI itu menganut pada ajaran Muhammadiyah.

Namun sebelum membahas lebih lanjut kita harus tau sejarah satu-persatu organisasi Masyarakat maupun kalangan mahasiswa, biar kita tau dan mempunyai pertanggung jawaban atas apa yang sudah kita katakan. 

HMI atau Himpunan Mahasiswa Islam adalah sebuah organisasi kemahasiswaan yang kini tetap eksis dan terus berkembang di berbagai universitas di Indonesia.

HMI tersebut dibentuk di Yogyakarta pada tanggal 14 Rabiul Awal 1366 H atau 5 Februari 1947, HMI muncul dari inisiatif Lafran Pane dan 14 mahasiswa Sekolah Tinggi Islam, yang saat ini dikenal sebagai Universitas Islam Indonesia (UII).

Inisiatif pembentukan HMI datang dari Lafran Pane, mahasiswa semester I Sekolah Tinggi Islam (sekarang menjadi Universitas Islam Indonesia-UII) pada masa itu.

Dia melakukan diskusi dengan rekan-rekannya untuk merumuskan ide, membentuk organisasi mahasiswa yang berlandaskan nilai-nilai Islam.

Dalam hal ini adalah sekilas sejarah tentang berdirinya HMI, lah kenapa orang-orang itu mempunyai stigma bahwasanya HMI itu menganut ajaran Muhammadiyah? Padahal orang-orang NU juga banyak yang masuk HMI, contohnya. 

Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) 
Saifullah Yusuf (Gus Ipul) 
Prof Dr. Mahfud MD
KH Chasbullah Baidawi
KH. Saefullah Yusuf
Fahri hamzah
Mahbub Junaidi


Itu adalah nama-nama orang yang pernah menjadi tokoh berpengaruh dalam NU. Secara keseluruhan, masih banyak tokoh NU yang terlibat dalam HMI pada masa-masa tertentu, baik sebagai aktivis mahasiswa, intelektual, atau politisi. 

HMI pada awalnya memang terpengaruh oleh semangat pembaruan yang diperkenalkan oleh tokoh-tokoh seperti KH. Ahmad Dahlan dari Muhammadiyah, namun keberadaannya yang terbuka untuk semua mahasiswa Islam menyebabkan banyak tokoh dari berbagai latar belakang, termasuk NU, bergabung dan memberikan kontribusi intelektual serta sosial yang signifikan. 

Keterlibatan tokoh-tokoh NU dalam HMI menunjukkan adanya dinamika dan dialog yang konstruktif antara kedua organisasi besar Islam di Indonesia ini. Saya dulu pernah bertanya tentang stigma orang-orang, terhadap aktivis HMI Malang. 

Dalam pertanyaan tersebut saya menanyakan “mengapa orang-orang menyebut HMI dengan ajaran sesat atau berpatokan pada Muhammadiyah?” aktivis tersebut dengan simplenya menjawab “orang-orang seperti itu adalah orang-orang yang tidak pernah membaca sejarah, namun cuman tau dari seseorang yang kejelasannya belum tau”. 

Seketika itu saya terdiam dan memikirkan banyak hal tentang apa yang aktivis tersebut katakan. Dari sini kita belajar bahwa segala informasi yang kita sendiri belum tau faktanya seperti apa yang sebenarnya di lapangan, baiknya jangan langsung membuat isu-isu hoax. 

Sebab, ketika di pertemukan dengan fakta yang sebenarnya, melalui membaca dan memahami fakta yang terjadi, kita akan malu di hadapan para orang-orang yang sudah memahami lebih dahulu. 

Setiap kader adalah pemimpin, dan setiap pemimpin harus menjadi teladan dalam integritas dan keberanian.

YAKUSA!! 

#Penulis Merupakan Kader HMI Cabang Pamekasan Komisariat Insan Cita Sekaligus Mahasiswa IAIN Madura

Posting Komentar

0 Komentar