Generasi Perusak Peradaban

 

(Foto:Istimewa

Oleh : M. Rozien Abqoriy*

Dalam sejarah panjang peradaban manusia, setiap generasi memiliki tantangan, nilai, dan konflik tersendiri. Namun, ada kalanya sebuah generasi muncul dengan pola pikir dan tindakan yang berpotensi merusak kemajuan peradaban yang telah dicapai sebelumnya.

Generasi perusak peradaban adalah suatu kelompok dalam masyarakat yang, baik secara sadar maupun tidak, mendorong kebijakan atau ideologi yang meruntuhkan tatanan sosial, budaya, politik, dan ekonomi yang telah berkembang. Perusakan ini dapat berlangsung dalam berbagai bentuk, mulai dari perpecahan sosial hingga penghancuran nilai-nilai dasar peradaban, seperti hak asasi manusia, kebebasan, dan solidaritas.

Kemudian, generasi yang dapat dianggap sebagai perusak peradaban sering kali ditandai dengan sikap yang menentang nilai-nilai kemanusiaan yang universal, diantaranya perdamaian, kesetaraan, dan keadilan. Mereka mungkin terjerumus pada ideologi ekstrem yang bertujuan untuk menggantikan tatanan sosial yang ada, tanpa melihat dampak jangka panjang terhadap masyarakat secara keseluruhan.
  
Salah satunya yang mungkin telah kita kenal adalah penganut ideologi radikal. Nah, generasi perusak peradaban sering kali dikuasai oleh ideologi radikal yang menyarankan cara-cara kekerasan atau paksaan untuk mencapai tujuan mereka, padahal menyesatkan bahkan menjerumuskan.

Misalnya, ideologi ekstremisme yang menganggap kekerasan sebagai sarana sah untuk menegakkan “kebenaran” atau “keadilan”. Pandangan seperti ini, biasanya dapat mengarah pada konflik terbuka dan pemberontakan yang merusak tatanan sosial yang telah mapan.

Salah satu ciri lain juga dari generasi ini bisa kita lihat dari adanya ketidakpedulian atau bahkan penghancuran terhadap warisan budaya, sosial, dan institusional yang telah dibangun oleh generasi sebelumnya. Mereka mungkin meremehkan nilai-nilai yang sudah ada atau berusaha menghapuskan simbol-simbol yang mewakili identitas bangsa dan kebudayaan organisasi yang ada di masyarakat terdidik maupun yang belum terdidik. 

Dalam banyak kasus, generasi perusak peradaban cenderung mengedepankan individualisme/etnisnya/kepentingannya saja yang cenderung berlebihan. Mereka lebih mengutamakan kepentingan pribadi atau kelompoknya, bahkan sebayanya saja, daripada kepentingan bersama. Akibatnya, solidaritas sosial yang menjadi pilar peradaban mulai rapuh, dan konflik horizontal lebih mudah/sering saja terjadi di lingkungan sekitar kita. 

Dampak yang ditimbulkan oleh generasi perusak peradaban dapat sangat merusak, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Secara sosial, dampaknya bisa berupa polarisasi masyarakat yang tajam, ketegangan antar kelompok, serta hilangnya rasa percaya antar sesama. Sempat membayangkan semua hal itu tidak? 

Secara politik, kehadiran generasi ini dapat menyebabkan kemerosotan kualitas demokrasi. Mereka cenderung menantang atau bahkan menggulingkan sistem/budaya/aturan yang sah, berusaha menggantinya dengan rezim yang lebih otoriter atau totaliter, atau mengutip kalimat dalam buku Pedoman Perkaderan HMI (bergerak sesuai selera pribadi) dan sejenisnya. Hal ini berisiko menciptakan ketidakstabilan yang menghambat kemajuan sosial dan bahkan ekonomi. Ketidakstabilan ini justru membuka potensi bagi kekuatan-kekuatan diluar kelompok untuk mengintervensi. 

Sepanjang sejarah, mengingat kemudian juga membaca bahwa beberapa generasi yang bisa dianggap sebagai perusak peradaban. Salah satunya adalah generasi yang terlibat dalam kebangkitan ideologi totalitarian pada abad ke-20, seperti yang terjadi di Jerman di bawah Nazi, Uni Soviet di bawah Stalin, atau Revolusi Kebudayaan di Tiongkok yang dipimpin oleh Mao Zedong. Generasi ini, melalui propaganda, kekerasan, dan indoktrinasi, merusak tatanan sosial yang telah terbentuk dan menyebabkan penderitaan besar bagi jutaan orang.

Catatan kali ini sebagai refleksi terhadap diri sendiri, terutama kepada generasi perusak peradaban yang kita tau, menjadi ancaman serius terhadap kemajuan dan stabilitas sosial. Oleh karena itu, penting bagi setiap generasi untuk terus mempertahankan dan memperjuangkan nilai-nilai yang mendukung kemanusiaan, perdamaian, dan keadilan bagi kita dan semuanya. Dalam menghadapi generasi perusak peradaban, perlu adanya dialog inklusif yang dapat menjadi kunci untuk mempertahankan tatanan peradaban yang lebih baik.

#Penulis Merupakan Kader HMI Sekaligus Lulusan Prodi KPI IAIN Madura

Posting Komentar

0 Komentar