(Dok:Istimewa)
Oleh : Mabruroh*
Menjadi berbeda bukanlah hal yang perlu dipermasalahkan. Justru, melalui perbedaan kita bisa tumbuh, berkembang, bahkan menjadi pribadi yang lebih kritis dalam menghadapi berbagai situasi. Salah satu cara untuk mewujudkannya adalah dengan berani menjadi berbeda dari yang lain.
Pada awalnya, saya merasa takut untuk mengambil posisi sebagai pembeda, karena saya meyakini bahwa berada di titik tersebut berpotensi membawa risiko seperti dikucilkan, dicemooh, atau bahkan dihina. Meskipun kemungkinan itu ada, saya menyadari bahwa ketakutan semacam itu tidak boleh menghalangi langkah kita.
Seiring berjalannya waktu, saya mulai berpikir bahwa yang paling merusak diri kita adalah pikiran kita sendiri. Seringkali, kita terjebak dalam ketakutan yang sebenarnya tidak memiliki dasar. Saya mulai memahami bahwa perubahan dalam diri kita hanya bisa datang dari diri kita sendiri.
Orang lain mungkin bisa menjadi motivasi, namun peran mereka terbatas sebagai perantara, bukan sebagai penentu siapa kita sebenarnya. Hanya kita yang memiliki kendali atas diri kita, dan bagaimana jika kita merespons asumsi serta penilaian orang lain terhadap kita, itu hanya menjadi cerminan kepribadian kita, bahwa kita sama saja dengan mereka.
Pada titik inilah saya mulai berani mengambil keputusan apapun, tanpa terjebak dalam rasa takut yang tidak perlu. Ketika kita larut dalam ketakutan, kita justru akan kehilangan kesempatan untuk tumbuh dan berkembang.
Saya bertanya pada diri sendiri, "Apa gunanya mencalonkan diri sebagai kader jika kita terus dihantui ketakutan?". Menjadi kader adalah sebuah tanggung jawab yang harus diemban, dan regenerasi adalah tugas kita bersama. Tidak ada tempat bagi ketakutan dalam perjuangan ini.
Konsep minoritas sering kali dipahami sebagai kelompok yang jumlahnya lebih kecil dibandingkan kelompok mayoritas. Namun, menjadi bagian dari golongan minoritas bukan berarti kualitas kita lebih rendah. Sebaliknya, kualitas dalam kelompok minoritas bisa saja jauh lebih tinggi dibandingkan kelompok mayoritas, atau bahkan sejajar dengan keduanya. Ini membuktikan bahwa entitas minoritas tidak kalah dalam hal kualitas dengan kelompok lainnya.
Bendera Hijau Hitam, sebagai simbol perjuangan kami, mungkin dianggap sebagai kelompok minoritas di kampus. Jumlah anggotanya memang lebih sedikit dibandingkan golongan lainnya, namun hal itu tidak membuat saya berkecil hati. Justru, saya merasa semakin termotivasi untuk tampil sebagai pengibar Bendera Hijau Hitam.
Ketakutan hanya akan merusak nilai dan integritas diri kita. Seperti yang pernah dikatakan oleh Kakanda Lafran Pane, "Kita boleh berbeda pendapat, asalkan kita tidak berbeda tujuan." Dalam hal ini, meskipun perbedaan pandangan itu wajar, yang terpenting adalah kita tetap menjunjung tinggi tujuan yang sama, yaitu untuk mencapai kemaslahatan umat.
Dengan pemahaman tersebut, saya semakin yakin bahwa meskipun kita berada di posisi minoritas, kita tetap memiliki potensi untuk memberikan kontribusi besar asalkan kita menjaga tujuan dan keyakinan kita. Perbedaan bukanlah hambatan, melainkan sebuah kekuatan untuk mencapai tujuan yang lebih besar.
Tumbuh Subur Himpunan!
#Penulis Merupakan Kader HMI Komisariat Insan Cita IAIN Madura
2 Komentar
Yakusa yunda 💚🖤
BalasHapusSiap 💚🖤
Hapus