Mahasiswa : Antara Eksistensi dan Degradasi Intelektual

 

(Dok:Istimewa)


Oleh : Inayah Wulandari*

 

JEJAKMEDIAINSANCITA - Mahasiswa merupakan orang yang sedang menempuh pendidikan di tingkat perguruan tinggi, yang memiliki peran penting dalam dunia pendidikan, memiliki tanggung jawab untuk ikut aktif berpartisipasi dalam pengembangan diri dan masyarakat secara positif. Sehingga mahasiswa dituntut untuk memiliki kecerdasan intelektual guna menyelesaikan persoalan-persoalan sosial sebagai agen perubahan, sebagaimana yang sering kali dijadikan sebagai dalil mahasiswa, dalam mengekspresikan kebebasan berfikirnya.

Mahasiswa mendapat keistimewaan yang tertuang dalam Pasal 8 ayat 3 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2012 tentang Perguruan Tinggi yang berbunyi, “Pelaksanaan kebebasan akademik, kebebasan mimbar akademik, dan otonomi keilmuan di perguruan tinggi merupakan tanggung jawab pribadi sivitas akademika, yang wajib dilindungi dan difasilitasi oleh pimpinan perguruan tinggi”.

Akan tetapi, dengan berbagai keistimewaan yang dimiliki oleh mahasiswa cenderung tidak difungsikan dengan optimal. Dewasa ini kebanyakan mahasiswa kehilangan identitasnya sebagai kaum intelektual. Tradisi intelektual nyaris semakin redup dan sedikit peminat dalam tataran kehidupan mahasiswa. Seperti halnya, berkurangnya progresifitas dalam berpikir kritis sehingga mengakibatkan terjadinya distorasi gerakan. Selain itu, rendahnya minat baca menjadi kondimen pelengkap akan krisis berpikir. Mahasiswa sebagai pelopor intelektual, memiliki tanggung jawab untuk senantiasa merawat dan membudayakan dunia literasi.

Alih-alih melakukan adu gagasan, mahasiswa justru lebih fokus mengurus kehidupan di dunia maya “Aku klik, maka aku ada”. Hal yang paling urgen adalah bagaimana dunia mengenal dan mengetahui bagaimana kondisi yang sedang ia alami dengan update story di dunia maya. Kemajuan teknologi dapat menjadi sebuah peluang, namun juga dapat menjadi tantangan pun parahnya dapat menjadi ancaman khususnya terhadap mahasiswa. Terbukti dengan majunya teknologi menyebabkan masyarakat secara umum dan mahasiswa secara khusus, menjadi masyarakat individu (bersama tetapi sibuk dengan ponsel masing-masing). Sehingga hal ini, menimbulkan berbagai krisis intelektual seperti halnya mudah marah, egois, rendahnya minat baca dan diskusi sebagai nafas intelektual mahasiswa.

Dampak yang dihasilkan dari rendahnya minat baca yang ditopang dengan diskusi atau kajian yang kuat, dapat menumbuhkan berbagai kekacauan, sehingga mahasiswa akan sulit menyelesaikan persoalan-persoalan sosial dikarenakan mereka mulai kehilangan aspek intelektualitasnya. Seperti membaca, berdiskusi, dan lain sebagainya.

Sejauh yang dibicarakan dalam uraian diatas, penulis menawarkan solusi atas persoalan yang terjadi, yakni dengan mengikuti berbagai komunitas atau organisasi mahasiswa yang berorientasi pada pengembangan kecerdasan intelektual yang juga menjadikan kemajuan teknologi sebagai alat untuk mencapai tujuan bersama, dalam menjalankan roda organisasi.


#Penulis Merupakan Mahasiswi Prodi Hukum Keluarga Islam Sekaligus Pengurus Kohati HMI Komisariat Insan Cita IAIN Madura

 

 

Posting Komentar

0 Komentar