JEJAKMEDIAINSANCITA - Banyak sekali yang menyatakan bahwa ia memiliki banyak harapan untuk perbaikan dan perubahan. Namun juga tak jarang ditemukan, bahwa semuanya hilang dan terhenti hanya didalam ucapan, terlebih hanya paling depan mencatatkan nama lalu menghilang tanpa alasan akademis.
Catatan kali ini hanyalah untuk merefleksikan kembali, tentang suatu kelembagaan yang katanya sangat berarti. Dari mereka yang mendaftar untuk memperbaiki diri, tapi faktanya hanya untuk mengambil nama dan mengisi absensi untuk eksistensi.
Eksistensi memang cukup penting, tapi jika tidak memiliki cukup kebermanfaatan dan esensi, lalu untuk apa?
Mengawali dari keinginan yang katanya untuk memperbaiki diri, tapi melalui tindakan tidak cukup menggambarkan dari seribu harapannya yang telah dilantunkan. Telunjuk dengan mudah membolak balikkan untuk menunjukkan keistimewaannya dalam menginstruksi. Tapi sosok teladan sungguh begitu minim untuk dapat diikuti.
Perbaikan seperti apa yang diharapkan? Jika kebiasaan dalam suatu kelembagaan, sesederhana membuat suatu pembagian, telah banyak dianggap hanya merugikan, melelahkan, membosankan, memperhitungkan dan lain sebagainya. Padahal esensi dalam perbaikan, terletak ketika diberikan suatu gambaran dan rancangan, bisa melahirkan pertanyaan-pertanyaan untuk mewujudkan tindakan yang akan ia ambil sendiri manfaatnya.
Menemukan banyaknya kritikan dalam himpunan itu suatu hal yang lumrah. Justru jika tidak ada atau tidak menerima adanya kritikan, perlu dipertanyakan kembali. Perjalanannya sudah sampai tujuan? Sudah berhenti, atau mati suri?
Bahasa kali ini memang cukup sastra, tapi ia yang dapat membaca melalui hati dan jiwa, saya rasa dapat memaknai tanpa rasa percuma.
Kemudian dalam harapannya yang begitu menawan. Menambah jaringan ataupun kawan, dengan kalimatnya yang terbungkus "relasi yang luas, untuk memperbesar kesempatan", tapi hanya berdiam dan tak jarang hanya menyalahkan diri atau mempertanyakan dari bagian kelompok mana dan dari warna apa? Terbuktikan ketika didalam adanya suatu kekurangan, belum bisa menunjukkan suatu kepedulian yang semestinya.
Padahal, salah satu esensi kelembagaan, termasuk dalam himpunan ini (HmI) tidak hanya memberikan pemahaman tentang banyaknya ilmu pengetahuan ataupun pengalaman. Namun perlu digaris bawahi, disana juga tercantum esensi pendewasaan. Karena didalamnya akan banyak dipertemukan dengan keragaman gagasan, inovasi yang cemerlang, potensi yang bermacam-macam dan tak sedikit juga adanya keapatisan dalam satu naungan. Sudah yakin dan bener-bener bulatkah harapanmu, seperti yang telah sering disemboyankan yaitu Yakin Usaha Sampai (Yakusa) ?
Perlu disadari kawan-kawan, bahwa ketika memilih untuk berhimpun, memang tidak akan mudah menemukan kesempurnaan. Karena didalamnya masih terdapat istilah 3L (learning, learner dan leader).
Senantiasa belajar membaca semua hal. Dari yang terkecil tentang kekurangan diri sendiri sampai kepekaannya terhadap orang lain, bahkan lingkungan sekitar (kesadaran kolektif). Kemudian menjadi pembelajar yang sadar akan identitas dan entitasnya sebagai manusia yang menjadi bagian himpunan dan manusia yang mengemban makna idealistis.
Terakhir, yaitu dapat mengantarkannya kembali kepada apa yang menjadi harapannya dari suatu perbaikan. menjawab tentang apa esensi dari sebuah kepemimpinan. Memilihlah, lalu pertanyakanlah.
#Penulis Merupakan Mahasiswa Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam serta pengurus HMI Komisariat Insan Cita IAIN Madura
0 Komentar