Sekelumit Kisah Himpunan

(Dok:Istimewa


Oleh: M. Rozien Abqoriy*

Dari awal Ku pijakkan kaki dalam perguruan tinggi
Terlihat pertama kali adalah Kaum-kaum cendikiawan yang mampu menumbuhkan ketertarikan, hingga menjadi harapan dari setiap lapisan.


Kemudian, akupun telah mempersiapkan

Sekelumit penyesuaian dan pertimbangan

Dari mahasiswa yang ingin memilih organisasi 


Aku putuskan untuk masuk HMI ! 


Disana ada stigma dan konsekuensi yang sudah masuk terlebih dahulu sebelum ku menyentuh selembar registrasi. 

Sesat, Muhammadiyah, Masyumi dan kontroversi lainnya, terlintas begitu pesat mengiringi pikiran. 

Sebenarnya aku faham, hal itu hanya sebatas ujian untuk senantiasa mencari dan membaca kembali, serta mengokohkan integritas diri melalui keteguhan dalam berpendirian, atas anggapan yang sudah terlanjur terdengar.

Iming-iming jabatan, iming kekuasaan, informasi yang cukup tidak akurat untuk menghentikan langkah yang sungguh istimewa ini. 

Bagi saya yang ingin belajar dan berbenah, tak sedikitpun terlintas untuk menyurutkan niat, setelah melalui proses bertanya dan mencari tau sendiri. Tak lekang hanya karena kedok kursi yang strategis dari ucapan si petuah.


Disini aku memahami dengan benar, bahwa peran literasi itu sangat penting. Selain untuk meneguhkan, juga dapat membangun pendirian semakin tebal. 


Hijau hitammu cukup menjelaskan, dari yang tetap subur demi keyakinan dan pengalaman. Demi terlestarinya peradaban melalui perbaikan dan pembaharuan. Demi tercapainya insan kamil yang didambakan, dan demi tugas mulia sebagai kholifah yang tak terelakkan.


Himpunan ini, tak boleh tergadaikan hanya karena perihal tawaran kekuasaan, tarikan berbalut kebodohan yang berbentuk dalam banyak hal. 

Hal yang sangat dapat menunjukan eksistensi jati diri kita adalah menentukan pilihan, tanpa mau diintervensi oleh siapapun yang hanya menyudutkan, dan membuat kita merasa takut membangun perjuangan yang utuh. 

Tak boleh terhembus menjadi debu hanya perihal kesenangan dan kenikmatan sesaat. Apalagi, cobaan dunia percintaan yang mungkin akan sangat menguji kita saat masa-masa perkuliahan. 

Kesempatan menjajaki jati diri memang perlu banyak pengorbanan, terutama dalam mengesampingan kesenangan sementara, dan berani berinvestasi melalui banyaknya kegiatan yang dapat membangun peradaban manusia menjadi lebih baik. 

Budaya literasi tak boleh terhapus hanya karena ambisi dan alasan kemajuan globalisasi. Tapi himpunan ini harus tetap mengedepankan pengetahuan yang terbingkai dalam tujuan. 

Catatan  insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan islam tidak boleh hanya sekadar kata atau hanya lekam dalam tulisan.

Untuk calon pemimpin-pemimpin yang professional dan berkeadilan. Akan tetap menjadi pijakan demi tercapainya masyarakat yang adil Makmur yang masih selalu berharap akan riho Allah SWT.


*Penulis Merupakan Pengurus HMI Komisariat Insan Cita IAIN Madura Departemen Bidang Informasi dan Komunikasi

Posting Komentar

0 Komentar