DI MANA LETAK API PERJUANGAN ITU KINI? ?



Oleh: Moh. Syurul

Dalam sejarahnya, ia pernah dikenal sebagai api yang menyala di lorong-lorong kampus, membakar ketidak adilan, dan menjadi suara paling lantang yang menggugah tidur panjang rezim. Namun kini, bara itu seakan padam, atau setidaknya hanya tersisa percikan kecil yang nyaris mati dalam kekosongan.


Di hadapan kita berdiri satu entitas yang tampak megah dalam struktur, lengkap dalam perangkat dan padat dalam agenda. Namun bila kita tatap lebih dalam kita disergap oleh satu kesadaran getir, bahwa organisasi ini ibarat rangka tanpa ruh. Ia bergerak, tetapi tanpa arah. Ia bicara tentang perjuangan, namun tak lagi mengobarkannya.


Mengapa bisa demikian?. Sebab perjuangan sejati tidak lahir dari jargon yang ramai, melainkan tumbuh dari kesadaran kolektif yang mendalam, bahwa rumah besar ini bukan sekadar alat untuk eksistensi pribadi, tetapi medan didih nilai, tempat berpijaknya idealisme, dan lokomotif perubahan.


Kita sedang menyaksikan apa yang oleh generasi pendahulu kita sebut sebagai krisis ruh perjuangan. Gejala-gejalanya nyata, kader yang lebih sibuk memburu pengaruh ketimbang membangun kapasitas, pengurus yang menjadikan jabatan sebagai status bukan sebagai ladang perjuangan dan pengabdian dan diskursus yang lebih suka memoles citra


Di sinilah letak pertanyaannya. Di mana api perjuangan itu kini?. Api perjuangan bukan sekadar semangat demonstratif, ia adalah kobaran intelektual, ketajaman moral, dan keteguhan arah juang. Ia menyala dalam ruang-ruang kaderisasi yang kritis, bukan sekadar seremonial. Ia lahir dari keberpihakan yang radikal terhadap yang tertindas, terhadap mereka yang tak punya panggung, bukan dari kompromi yang menjinakkan.


Kita butuh orang-orang yang tidak hanya numpang hidup, tapi juga menghidupkan. Yang tidak hanya eksis, tapi juga bermakna. Yang tidak sekadar hadir dalam struktur, tapi hadir dalam denyut nadi kader


Jika tidak, maka apa yang tersisa hanyalah tubuh kosong, sebuah kerangka megah tanpa jiwa. Organisasi tanpa ruh perjuangan hanyalah museum gerakan, ia menyimpan sejarah, tapi tidak lagi menciptakannya. Dan tanpa api, ia hanyalah arang yang pernah menyala.


#Penulis Merupakan Kader HMI Komisariat Insan Cita Sekaligus Mahasiswa IAIN Madura. 



Posting Komentar

0 Komentar