Oleh: Moh. Syurul
Ada sebuah kapal besar yang berlayar di lautan luas, berisi para penumpang dengan tujuan mulia. Mereka menyebut diri sebagai motor perubahan, pelopor perjuangan, dan penjaga idealisme. Namun, entah sejak kapan, kapal itu lebih sering berlabuh di dermaga, sementara ombak di lautan semakin ganas dan menerjang ke semua arah. Para penumpangnya, yang dahulu penuh semangat, kini lebih sering berdiskusi di dalam kapal, memperdebatkan arah angin tanpa pernah benar-benar membentangkan layar.
Di sudut kampus, ada sekelompok mahasiswa yang dahulu dipercaya sebagai pembela suara nurani. Mereka mengemban amanah besar, namun kini lebih sering berdiam di menara gading pemikiran. Diskusi-diskusi begitu dalam, penuh dengan teori-teori hebat, namun kaki enggan menyentuh tanah realitas, mendebat keadilan, namun lupa menghadirkan keadilan itu sendiri di tengah lingkungan mereka. Seolah perjuangan hanya tentang seberapa kuat seseorang berargumentasi, bukan seberapa nyata tindakan yang dilakukan.
Ketika ada sebuah persoalan, mereka berkata, "Kita harus membahas ini dalam forum!" Namun, forum itu hanya menjadi labirin kata-kata tanpa ujung yang jelas. Saat ada ketidakadilan terjadi, mereka sibuk membahasnya dalam teori tanpa pernah benar-benar mengetuk pintu kebijakan. Sementara di luar sana, mahasiswa semakin terhimpit, masyarakat semakin terpinggirkan, dan dunia nyata semakin jauh dari jangkauan mereka.
Yang lebih menarik, para pimpinan sering kali terlihat lebih sibuk dengan simbol dan retorika, mengangkat jargon-jargon perjuangan, tapi entah perjuangan apa yang ia maksud. Kadang, idealisme yang dipegang justru menjadi pagar tinggi yang memisahkan dari kenyataan. Bukankah idealisme seharusnya menjadi peta untuk bergerak, bukan tembok yang mengurung.
Mungkin, sudah saatnya menengok kembali ke dalam cermin. Bertanya pada diri sendiri, apakah masih berada di jalan yang sama dengan mimpi-mimpi yang dulu dinyalakan? Ataukah telah berubah menjadi penonton dari pertunjukan yang seharusnya kita pentaskan.
Menyerah pada keadaan ini bukanlah solusi, dan mencari solusi jitu itu penting untuk segera dilakukan. Berharap semangat perjuangan itu hidupkan lagi. Oleh karena itu, seruan ini untuk mengembalikan kita pada akar perjuangan yang semestinya.
Mari hidupkan kembali semangat perjuangan yang sesungguhnya, sebab, kapal yang terus berlabuh tidak akan pernah sampai ke tujuan. Dan organisasi yang hanya sibuk berbicara tanpa bertindak, pada akhirnya hanyalah sekumpulan orang yang terjebak dalam mimpi yang lupa terbangun.
#Penulis Merupakan Kader HMI Komisariat Insan Cita Sekaligus Mahasiswa IAIN Madura.
0 Komentar