![]() |
Oleh: Syuhud Syayadi Amir* |
Kata Takashi yang mengutip perkataan pejuang masa lalu dari gerakan-gerakan yang dipelopori oleh organisasi Rekso Roemekso yang kemudian menjadi SDI bahwa perjuangan itu harus benar-benar dilakukan, jangan sampai menjadi omong kosong yang berkelanjutan.
Pun apa yang sering kita lihat dari salah satu ilmuan besar Indonesia Nurcholish Madjid (Cak Nur) bahwa bersungguh-sungguh merupakan sebuah keharusan bagi manusia dalam mencapai keberhasilan yang dituju. Jangan sampai kehidupan menjadi tidak berharga tanpa adanya kesungguhan yang diperjuangkan. Akhirnya, berkat kesungguhan yang dilakukan Cak Nur dapat mengangkat namanya menjadi masyhur dan dikenal sebagai salah satu ilmuan Islam di Indonesia. Karyanya banyak dibaca dan dijadikan sebuah landasan untuk mencapai peradaban bangsa.
Sudah sepatutnya bahkan menjadi kewajiban bagi kita untuk berpikir dan meresapi kembali tentang segala sesuatu yang terjadi di negeri kita tercinta ini (Indonesia). Indonesia bisa ada bukan terjadi begitu saja. Dilahirkan dari peluh perjuangan dan darah pengorbanan. Kata perjuangan yang sungguh dilaksanakan sebagai bentuk nyata, tidak sekedar omongan kosong semata untuk mencapai cita-cita kemerdekaannya.
Tentang sebuah kejadian yang melanda Indonesia. Krisis banyak terjadi dimana-mana. Walau pun Mahfud MD menjawab krisis tersebut dengan menampilkan sesuatu yang berbeda. Ia menganggap tidak ada krisis apabila dikaitkan dengan sejarah dari zaman ke zaman. Ia mengatakan bagaimana ketika ia dulu sekolah, bajunya robek dan lain sebagainya. Kemudian ia mengaitkan dengan anak-anak masa kini yang sudah semakin menunjukkan keadaan yang lebih maju daripada sebelumnya.
Tetapi, walaupun demikian perkataan Mahfud MD tersebut. Bukan berarti kita harus menghilangkan sikap kritis kita sebagai anak bangsa. Kita harus selalu menjaga kesatuan dan keutuhan bangsa. Kita harus selalu aktif dalam memberikan solusi-solusi terbaik kita kepada bangsa Indonesia ini. Bukan berarti kita tidak peka terhadap keadaan dan mengingkari adanya kemajuan, tetapi kita selalu memiliki harapan yang lebih cerah, kita harus selalu memiliki harapan yang lebih maju lagi.
Walaupun dari zaman yang lalu-lalu sebelum bahkan setelah kemerdekaan sudah sering terjadi sesuatu yang dapat merusak bangsa. Itu tidak harus kita jadikan alasan sebagai sesuatu yang wajar terjadi. Bila perlu bahkan sangat perlu Indonesia ini tidak lagi ada hal-hal yang dapat merusak bangsa, seperti terkikisnya nilai-nilai moral anak bangsa dengan korupsi dan lain sebagainya. Bahkan Indonesia harus menyandang sebagai salah satu bahkan menjadi satu-satunya negara yang paling bersih di dunia ini. Bersih dari segala kerusakan dan ketidakmakmuran rakyatnya dan bersih dari segala hal yang menghancurkan peradaban bangsa.
Anak bangsa harus benar-benar menyelami setiap kata-kata yang disampaikan pendiri bangsa ini, setiap kata yang disampaikan tokoh-tokoh bangsa ini. Salah satunya adalah kata Haji Agus Salim tentang sebuah kehancuran bangsa ini. Bahwa bangsa ini akan hancur apabila rakyatnya dirasuki sifat tamak akan keduniaan. Bukan berarti tidak perlu memiliki kekayaan, tetapi kekayaan itu tidak boleh menjadikan dirinya semakin rakus bahkan sampai lupa kepada hakikat kemanusiaannya.
Begitupun kata Soekarno tentang peran dari pemuda Indonesia. Sampai-sampai ia menguatkan perjuangannya dengan meminta sepuluh pemuda. Dari hal itulah penting kiranya pemuda menjadi pelopor sebuah kemajuan dan sebagai yang lebih senior harus tetap memberikan tauladan yang baik bagi generasi setelahnya. Jangan sampai senior menampilkan sesuatu yang dapat merusak generasi bangsanya sendiri dengan menjadi seorang koruptor dan lain sebagainya di negeri ini. Maka tak heran bila pemuda ada yang terpengaruh sehingga melakukan hal yang sama. Tetapi, pemuda yang sadar harus menolak hal yang demikian sekalipun kelakukan tersebut dilakukan oleh senior-senior di bangsa kita ini.
Pemuda harus tetap yakin bahwa berbuat baik atas bangsa ini merupakan kewajiban yang harus dipertahankan dan dilakukan terus-menerus walaupun konsekuensinya adalah kesakitan fisik maupun batin. Tetaplah memberikan yang terbaik sekalipun konstruksi sosial memaksakan sesuatu yang kadang tidak baik untuk dijadikan sebuah alasan perjuangan kehidupan.
Beberapa kejadian akhir-akhir ini yang memang perlu saya tuliskan adalah kasus-kasus korupsi, pembunuhan dan lain sebagainya di negeri tercinta ini. Dari kasus Sambo, pembunuhan 6 laskar FPI dan lain sebagainya. Sudah nampak jelas di mata kita bahwa ada yang tidak beres di negeri tercinta ini. Kenapa itu bisa terjadi? Bahkan yang melakukannya adalah orang-orang hebat dan memiliki jabatan strategis di negeri ini? Apa faktornya?
Sebagai anak bangsa terkhusus pemuda harus lebih peka dalam persoalan ini. Bahwa persoalan ini merupakan sesuatu yang tidak mesti dibiarkan begitu saja bahkan berkelanjutan. Bangsa ini akan menangis melihat kejadian-kejadian seperti ini. Kapan bangsa Indonesia akan mengalami keemasannya apabila kejadian ini tetap berlanjut?
Mungkin ada benarnya apa yang saya tulis beberapa waktu yang lalu dan dimuat oleh teman saya di medianya. Judul tulisan saya adalah "Keseimbangan ilmu dan iman dalam mencapai kemajuan bangsa" yang ditulis atas dasar harapan yang sangat besar terhadap kemajuan bangsa ini kepada yang lebih baik.
Apa mungkin yang berpendidikan di negeri ini-yang sampai melakukan sesuatu yang fatal bagi bangsa ini sudah melupakan hakikat dirinya sebagai manusia yang memiliki keyakinan terhadap spiritual mereka? Melupakan hakikat keberagamaan dan kepercayaannya sebagai manusia. Bahkan melupakan konsekuensi ilmu yang didapatkannya sehingga digunakan untuk meraih kebangsatan individu maupun kelompok semata.
Tulisan saya tersebut didasarkan kepada tokoh-tokoh yang mengharapkan kemajuan bangsa ini dan namanya sangat masyhur sebagai tokoh bngsa ini. Salah satunya adalah Prof. Salim Said, Nurcholish Madjid, Said Muniruddin, Ary Ginanjar Agustian dan lain sebagainya. Bahwa kemajuan bangsa ini harus dimulai dengan kecerdasan anak bangsa semuanya tanpa terkecuali. Tetapi saya menampilkan keseimbangan yang bukan hanya kepada ilmu tetapi juga kepada kekuatan iman anak bangsa ini. Dasar itu saya ambil juga dari berbagi tokoh di bangsa ini, Cak Nur juga merupakan tokoh yang demikian. Sampai-sampai ia dijuluki sebagai cendikiawan Muslim Indonesia karena setiap tulisannya yang saya baca selalu menampilkan bangsa dan agama yang sesuai dengan keberlangsungan baik antara kehidupan manusia.
Socrates pernah berkata yang saya dengar langsung dari kajiannya Fahruddin Faiz bahwa manusia yang memiliki ilmu pengetahuan semakin banyak ia akan semakin baik, tetapi jika sebaliknya (semakin buruk) berarti ada yang salah dalam mencari bahkan mendapat imunya tersebut. Kemungkinan yang terjadi adalah kesadaran jiwa manusia itu sendiri yang apabila memiliki ilmu pengetahuan banyak, pengetahuannya digunakan untuk menjadi jahat, salah satunya adalah mencapai dunia dengan cara membeli jabatan dan korupsi bahkan lain sebagainya.
Kuncinya tetap ada dua dari berbagai dasar yang saya temui dari bacaan buku bahwa keseimbangan antara iman dan ilmu itu menjadi modal utama dalam memajukan bangsa ini. Kekuatan meresapi dan membaca setiap sesuatu yang menjadi faktor kemunduran dan kemajuan bangsa serta upaya dalam menghapus kemundurannya dan mencapai kemajuannya.
Berkenaan dengan ini, banyak literatur yang menjadi penting untuk dijadikan dasar kekuatan anak bangsa. Khususnya di bidang pendidikan. Pendidikan ini sangat penting untuk diurusi baik oleh pemerintah maupun masyarakat itu sendiri. Kemudian tidak cukup hanya itu, melainkan penanaman moral, penanaman etika dalam berbangsa dan bernegara. Memiliki sikap nasionalisme merupakan sesuatu yang wajib bagi anak bangsa, bahkan agama juga mengajarkan hal yang demikian bahwa hubbul Wathon minal iman, mencintai bangsa, mencintai negara adalah sebagian daripada iman.
Supaya tidak terlalu panjang, kita kembali kepada apa yang disampaikan di awal-awal tulisan ini, bahwa kemajuan jangan sampai hanya menjadi sebuah kata kosong yang tidak pernah nyata adanya. Kemajuan harus benar-benar terjadi dan itu sangat khusus kepada pemuda bangsa ini untuk mempelopori kemajuan tersebut dalam semua hal. Kita rayakan tahapan kemajuan ini dengan sungguh-sungguh. Kita perjuangkan dengan nyata sebagai bentuk nasionalisme anak bangsa, yaitu kita.
*Penulis Merupakan Anggota MPKPK HmI Komisariat Insan Cita IAIN Madura, Mahasiswa aktif IAIN Madura, sekaligus aktif di berbagai komunitas.
0 Komentar