(Dok:Istimewa)
Oleh : Hadi Wijaya Purnomo Agung*
JEJAKMEDIAINSANCITA - Ibu saya dulu pernah aktif di organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), dan ayah saya pernah sekolah tetapi hanya Sekolah Dasar (SD) sederajat. Jauh sebelum saya masuk kuliah pas masih duduk di kursi Sekolah Menengah Atas (SMA), ibu menyuruh saya untuk kuliah.
Sebenarnya saya malas untuk kuliah, di pikiran hanya berisi kerja, sukses, lalu menikah, tapi semenjak saya mau lulus SMA, Alhamdulillah punya keinginan untuk melanjutkan pendidikan, yaitu kuliah. Saya bilang ke ibu kalau mau kuliah, terkait jurusan, mau dipikirkan terlebih dahulu.
Semenjak saya punya keinginan kuliah, ibu menyuruh saya untuk masuk organisasi yang berada di naungan Nahdhatul Ulama (NU), tidak lain dan tidak bukan, yaitu PMII. Tapi menurut saya waktu itu, yang penting kuliah dulu urusan organisasi belakangan.
Ibu sedikit memaksa saya untuk masuk organisasi tersebut. Tetapi, saya mengabaikan perkataan ibu. Alhamdulillah waktu tidak terasa sudah mau memasuki Perkenalan Budaya Akademik dan Kampus PBAK) 2023.
Waktu PBAK di laksanakan, banyak pengurus PBAK yang memakai jas seperti kepunyaan ibu, yaitu lambang biru kuning berbentuk segi lima tapi agak melengkung yaitu PMII. Entah saya tidak tau kenapa saya tidak tertarik masuk PMII, justru keinginan saya mau menjadi mahasiswa kupu-kupu, supaya tidak terlalu capek di kampus
Hari terakhir PBAK di gerbang kampus ada sebuah bendera hijau hitam, saya masih belum mengetahui organisasi HMI, lalu di kasih selembaran kertas sama anak-anak HMI dan alhamdulillah, lembaran itu masih saya simpan sampai sekarang, saking cintanya kepada organisasi HMI.
Perlahan saya mulai suka ke HMI. Saya mencari tau tentang HMI di google dan di media sosial lainnya tentang HMI. Lagi-lagi alhamdulillah saya memutuskan masuk ke organisasi HMI tanpa pengetahuan keluarga, termasuk ibu.
Waktu itu saya merasa bingung, entah dosa atau tidak tergantung Tuhan. Saya membohongi ibu dengan pamit mau mengikuti diklat PMII, tetapi saya malah nyasar ke HMI.
Tiga hari berlalu usai mengikuti diklat HMI, saya pulang ke rumah dan bercerita kepada Ibu. Saya merasa tidak enak untuk menceritakan hal itu sama ibu.
Waktu itu, saya memberi kabar ke Ibu, "Mah, alhamdulillah aku lulus,".
Kemudian ibu juga menjawab, "Alhamdulillah cong, salam pergerakan," saut ibu masih dengan rasa bangga. Mungkin ibu berpikir saya lulus dari diklat PMII.
Dengan bangganya, saya menjawab ibu, "salam pergerakan dari yakusa,"
"loh, kamu diklat apaan kok YAKUSA?" tanya ibu dengan wajah penasaran.
Dengan senyum dan bangga, saya menjawab, "ikut Lk 1 HMI".
Setelah Ibu mendengar kejujuran saya, wajah ibu kelihatan sedikit kecewa.
Tapi Alhamdulillah, meskipun ibu mendengar anaknya beda pendapat dalam memilih organisasi, tapi rasa kasih sayang ibu tidak pernah berkurang sedikitpun. Bahkan, kata ibu,
"Gapapa ber-HMI, kan sama-sama tempat berproses, tetapi yang terpenting itu ikut organisasi".
Sekian sedikit cerita murni dari saya, wallahul muwaffiq ila aqwamit tharieq wasalamu'alaikum wr.wb.
#Penulis Merupakan Kader HmI Insan Cita IAIN Madura Sekaligus Pengurus FKI ketua Bidang ke-Islaman dan ke-Indonesiaan
0 Komentar