![]() |
Oleh: Moh. Syuhud Syayadi Amir* |
Sesuai dengan tema tulisan kali ini, bahwa saya tertarik untuk menulis sebuah khayalan tentang Koruptor dalam sebuah bangsa.
Indonesia misalnya, sangat melarang perbuatan korupsi. Sedangkan dalam khayalan saya juga sama. Melarang perbuatan korupsi yang dapat menjadikan sebuah bangsa tidak berperadaban.
Saya membayangkan bagaimana jadinya ketika mahasiswa, kaum-kaum terdidik menjadi lupa atas tanggung jawabnya sebagai mahasiswa dan manusia.
Bahkan, mereka berbuat semena-mena hanya atas dasar egonya sendiri tanpa memikirkan dampak buruk terhadap keberlangsungan kehidupan, baik kehidupan dirinya sendiri dan lingkungannya serta kepada seluruh manusia di jagat raya.
Saya sering berpikir tentang masa depan bangsa dan kaitannya dengan apa yang saya ketahui tentang pemuda adalah pemimpin masa depan. Sehingga pemuda yang hidup saat ini adalah gambaran untuk masa depannya seperti apa.
Bicara persoalan bangsa tentunya menyangkut bukan hanya personal atau sekedar individu manusia, tetapi banyak manusia khususnya dalam satu bangsa dan negara. Menyangkut banyak orang dan hidup berdampingan (sosial kemasyarakatan).
Ketika hidup tidak hanya sendiri, maka komunikasi, kebiasaan dan perilaku serta segala hal yang berkaitan dengan prilaku manusia akan menjadi gambaran secara umum bagi bangsanya.
Sehingga, apabila dalam sebuah bangsa, individu masyarakat sudah cenderung sendiri-sendiri dan tidak mau tahu-menahu perihal budaya, pendidikan, politik, dan lain sebagainya, maka tidak menutup kemungkinan bangsa tersebut akan mengalami kehancuran.
Terutama dalam hal ini adalah persoalan politik. Karena bagi saya politik selalu berkaitan erat dengan kekuasaan dan kekuasaan itulah yang bisa mengatur segala persoalan yang dihadapi bangsanya bahkan menjadi modal utama dalam membangun bahkan menghancurkan bangsanya sendiri.
Namun, sayang seribu sayang apabila kekuasaan lepas dari tanggung jawabnya, apabila kekuasaan lepas dari segala persoalan bangsa. Bahkan apabila kekuasaan hanya fokus kepada meraih jabatan dan kekayaan semata dan persetan dengan urusan bangsanya.
Persoalan itu miris bila tetap berlanjut. Dalam khayalan pikiran saya berkata demikian. Bahwa kekuasaan hanya dijadikan sebagai ajang kontestasi dalam meraih kekayaan, eksistensi ormas bahkan parpol semata dan lepas dari kenyataan sosial. Bahkan organisasi kemahasiswaan dan kepemudaan juga ikut berbondong-bondong menyamainya.
Pemuda dan mahasiswanya juga lepas dari tanggung jawab sosial, lepas dari kepekaan dalam menjalani kehidupan dan bila pun peka, terkesan hanya peka tetapi tidak memberikan solusi apa-apa, bahkan buruknya adalah semakin menjadi bagian untuk memperbesar permasalahan bangsa (sampah bangsa).
Ada satu hal lagi yang sangat mengusik dunia khayal saya bahwa terkadang hadir sosok-sosok manusia yang merasa bangga dengan eksistensi yang mereka dapat tetapi kapasitas dengan eksistensi yang mereka dapat tidak sesuai. Mereka hanya kelihatan seperti jago menipu semata.
Mereka seakan-akan sudah merasa sukses atau bahkan masih belum sukses tetapi berlagak bagai orang sukses, padahal kelihatannya menjadi pencuri uang rakyat memakai topeng eksistensi.
Hadir sosok pemuda dan mahasiswa yang menampakkan kerakusan dan ketamakan, menampakkan kesombongan, menampakkan kebodohan, bahkan menampakkan kebangsatan tetapi bertopeng perjuangan.
Akhir kata, tulisan ini hanya dirangkai atas dasar kebahagiaan. Saya merasa bahagia meluapkan segala apa yang terjadi dalam pikiran saya. Saya mengkhayalkan sesuatu yang ketika khayalan itu buruk maka saya berharap tidak terjadi di dunia nyata dan sebaliknya.
*Penulis Merupakan Mahasiswa Prodi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir IAIN Madura dan Anggota MPKPK HMI Komisariat Insan Cita IAIN Madura Periode 2021-2022.
0 Komentar